Foto: Fadhly F Rachman
Jakarta - Selama puluhan tahun, peternak kerbau harus gigit jari. Dianaktirikan pemerintah lantaran tak pernah diperhatikan pemerintah, para peternak kerbau lokal kembali harus mengelus dada dengan kebijakan pemerintah yang mengimpor daging kerbau beku asal India.
Sirajuddin, Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Bidang Kerbau Provinsi Riau, mengungkapkan para peternak kerbau ini sakit hati dengan pembukaan keran impor daging kerbau asal India. Padahal, kata dia, para peternak kerbau, selama ini juga tak mendapat perlakuan istimewa seperti halnya peternak sapi.
Padahal, menurutnya, jika kerbau lokal dikembangkan serius oleh pemerintah, hal ini bisa membantu pemenuhan daging yang murah karena tak terlalu bergantung pada daging sapi.
"Sakit hati kita begitu ada impor daging kerbau, karena di dalam negeri kita saja peternak kerbau tidak diperhatikan. Harusnya jadi tuan di negeri sendiri, padahal kerbau lokal hewan lokal Indonesia," ucap Sirajuddin kepada detikFinance, Senin (26/12/2016).
Diungkapkannya, harga daging kerbau lokal sendiri juga cukup murah. Para peternak kerbau di Riau sendiri selama ini kesulitan menjual kerbaunya lantaran permintaan daging kerbau terbilang sedikit.
"Di pasaran kita juga susah pasarin, karena orang sudah lama dicekokin daging sapi. Di Riau sendiri misalnya dari 10 pembeli, yang cari kerbau hanya 2, sisanya sapi. Kebanyakan yang cari daging kerbau Warung Padang. Padahal harga daging kerbau sekitar Rp 80.000/kg," ujar Sirajuddin yang memiliki 15 ekor kerbau di rumahnya di Kabupaten Kampar.
Dia melanjutkan, soal perhatian pemerintah pada peternak kerbau pun bisa dibilang nihil. Kondisi ini tentu berbeda dengan sapi yang selama ini masuk jadi program swasembada daging nasional.
"Kalau di sapi ada program inseminasi buatan atau pendampingan, selama ini memang ada yang buat kerbau? Selalu sapi yang diperhatikan. Concern hanya sapi, sekarang malah impor daging kerbau India," tandas Sirajuddin. (drk/drk)
No comments:
Post a Comment